BAB 2
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Penjelasan Tentang Plywood
Plywood adalah atau yang sering disebut kayu lapis (tripleks)
adalah sejenis papan pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu yang direkatkan
bersama – sama dengan veener lainnya.
Menurut Suetomo (dalam Adriani 2010) Kayu lapis adalah suatu produk panil-panil
kayu yang diperoleh dengan cara menyusun secara bersilangan dari
lembaran-lembaran veneer yang dikombinasikan dengan papan, strip, papan
partikel, papan serat, atau lainnya yang diikat dengan perekat bantuan perlakuan
berupa pemberian panas.
Proses rotary merupakan
proses kedua. Kayu yang telah dipotong akan dikupas dengan mesin rotary dan
akan diambil lapisan yang terbaik. Hasil pengupasan berupa lembaran bahan yang
disebut core dan veneer.
Gambar 2.1. Produk Kayu Lapis
(Sumber PT. Suka Jaya Makmur)
Veneer adalah lapisan tertipis yang berada pada paling atas
atau disebut Face muka. Veneer diambil dari kayu yang memiliki
serat bagus dan ratasehingga mencerminkan permukaan dengan corak yang indah
saat menjadi sebuah plywood. Veneer biasanya diambil dan disortir saat proses pengupasan pada
mesin rotary karena tidak semua bagian dari bulatan kayu memiliki motif corak yangsama
dan seragam.
Core adalah lapisan tengah kedua bila penyusunan kayu lapis
terdiri dari 3 (tiga) lapisan tetapi bisa menjadi lapisan bukan kedua
bila kayu lapis tersusunlebih dari 3 (tiga) lapisan atau disebut ply.
2.2.
Objek
Penelitian padaMesin Rotary dan Drayer
Objek penelitian
ini berfokus pada mesin rotary dan dryer karna mesin produksi plywood yang dibuat di PT. Suka Jaya
Makmur adalah barang setengah jadi. Informasi tentang mesin akan dijelaskan
sebagai berikut :
2.2.1. Mesin Rotary
Mesin rotary sebuah mesin
yang digunakan dalam proses pembuatan plywood. Mesin rotary diibaratkan
sebuah peraut pensil kayu yang sangat besar, untuk meraut pensil tidak
berbentuk runcing seperti kerucut pada bagian ujung namun diraut secara
horizontal sehingga habis menjadi lembaran tipis. Berikut gambar mesin rotary :
Gambar 2.2.
Cara Kerja Mesin Rotary
(Sumber : Iks
Klingelnberg Group (interknife.com), 2014)
Batang kayu
atau disebut log yang telah dibersihkan jika terdapat paku, atau benda tajam
lainnya yang nantinya akan mengenai mata pisau dan mengakibatkan rusaknya mata
pisau. Kemudian dibawa ke mesin rotary
yang berguna menjadikan batangan kayu menjadi veener (lembar kayu tipis).
Pengolahan
mesin rotary yang dilakukan pertama,
persiapan pisau kupas adalah tahapan yang sangat penting sebelum proses
pengupasan. Terdapat beberapa jenis sudut mata pisau yang berbeda untuk kupas
kayu yang lunak, sedang dan keras. Ditambah dengan pembentukan sudut ganda pada
pisau pengupas, dapat meningkatkan daya tahan pisau. Kedua, penentuan titik
pusat kayu, kayu sebelum masuk ke mesin kupas, dicari atau ditentukan terlebih
dahulu titik pusatnya. Ketiga, pembuatan lembaran dari kayu bulat.
Mesin
pengupas yang dipergunakan adalah sistem rotary atau diputar, kayu bulat
diputar dengan kecepatan tertentu pada pisau serutan. Sebelum pengupasan
dilakukan, ujung pangkal balok disesuaikan dengan ketebalan kupasan yang
diinginkan serta terlebih dahulu ditentukan titik pusat batang kayu central
mark projector yang titik pusatnya sama tinggi dengan titik pusat spindle
atau penjepit mesin.
Pengupasan
dilakukan dengan pemutaran simetris yaitu batang kayu diputar berlawanan dengan
mata pisau yang bergerak transisi. Pengupasan dilakukan hingga mencapai center
log (inti kayu atau as kayu). Center log ini digunakan sebagai bahan
bakar. Setelah keluar dari bagian pengupasan, maka lembaran bahan setengah jadi
disebut lembaran veneer face back (F/B) dan core (C) siap
dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu pengeringan dengan mesin dryer (Endy,
2011 : 19 ).
2.2.2. Mesin Dryer
Sebuah mesin pengering lembaran kayu
bahan setengah jadi hasil kupasan mesin rotary. Mesin ini bekerja dengan
menggunakan tenaga listrik dengan sistem penguapan. Terdapat 4 (empat) yang
bekerja unit mesin terdiri dari operator mesin, tally, dan pekerja. Mesin dryer
berbentuk balok yang sangat besar dan didalamnya terdapat alat pengering
yang berasal dari uap panas, konveyor kawat (net conveyor) sebagai
tempat lembaran berjalan dari sisi awal ke sisi akhir.
Mesin dryer berfungsi
mengeringkan lembaran kayu sehingga kadar air dalam lembaran tersebut
berkurang. Lembaran-lembaran kayu yang ada dimasukkan ke dalam mesin pengering
(dryer) dengan cara diletakkan pada konveyor yang berjalan, bagian ujung
lembaran-lembaran kayu dimasukkan terlebih dahulu. Kecepatan lintasan dalam
mesin pengering ini disesuaikan dengan ukuran tebal dan jenis kayunya. Kadar
air dari lembaran yang keluar dari mesin pengering ini perlu mendapat
perhatian, karena berpengaruh terhadap pemakaian bahan perekat dan mutu kayu
lapis yang dihasilkan. Jika kayu mengandung air dengan kadar yang tinggi atau
tidak sesuai, maka kayu tersebut tidak tahan lama dan mudah jamuran.
2.3. Persediaan (Inventory)
Dalam persediaan (Inventory) ini
mempunyai klafikikasi yang akan diuraikan sebagai berikut:
2.3.1. Pengertian Persediaan (Inventory)
Pengadaan
persediaan harus diperhatikan, karena berkaitan langsung dengan biaya yang
harus ditanggung perusahaan, sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu,
persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang
terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan
biaya penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi yang besar.
Menurut Yamit (dalam Arfani 2013) Persediaan
merupakan kekayaan perusahaan, yang memiliki peranan penting dalam operasi
bisnis. Maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya
perusahaan harus mampu mengantisipasi keandalan, ataupun tantangan yang ada
dalam manajemen persediaan. Untuk mencapai sasaran akhir dalam manajemen
persediaan, yaitu untuk meminimasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penanganan persediaan.
Tetapi jika
terjadi kekurangan persediaan, akan berakibat terganggunya kelancaran dalam
proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan, dalam
pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin, dan dapat
memperlancar jalannya proses produksi (Ristono, 2008 : 4).
2.3.2.
Fungsi
Persediaan
Menurut
Ginting (dalam Sihotang 2012) Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung
antar proses produksi, dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain
persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan.
Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai
berikut :
a. Persediaan
dalam Lot Size
Persediaan
muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar, atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat, dari
permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain
biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian, dan biaya
transportasi.
b. Persediaan
cadangan
Pengendalian
persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan
konsumen, biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time), mungkin lebih dalam dari
yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan
mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen, atau memenuhi kebutuhan manufaktur
tepat pada waktunya.
c. Persediaan
antisipasi
Persediaan
dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply), dan kenaikan permintaan (demand), atau kenaikan harga. Untuk
menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahan dapat
memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya
pemogokan tenaga kerja.
d. Persediaan pipeline
Sistim
persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran diantara tempat persediaan tersebut.
Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah
persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan. Jika aliran melibatkan
perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa
komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk
tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat
penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan
transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi
disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi
perubahan dan harus dikendalikan.
e. Persediaan
Lebih
Yaitu
persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik
yang terjadi.
2.3.3.
Jenis-Jenis
Persediaan
Pembagian
jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan
berdasarkan tujuan. Berdasarkan proses manufaktur, maka persediaan dibagi dalam
tiga kategori, yaitu (Ristono, 2009: 85)
a. Persediaan
pengaman (safety stock)
Persediaan
pengaman (safety stock) adalah
persedian yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.
Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut,
akan terjadi kekurangan persediaan (stock
out). Faktor-faktor yang menentukan safety
stock adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan
bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku
selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya.
2) Faktor
waktu atau lead time (procurement time) Lead time adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang
dipesan tersebut dan diterima di gudang persedian. Lamanya waktu tersebut
tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi
bervariasi.
b. Persediaan
antisipasi
Persediaan
antisipasi disebut sebagai stabilization
stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
c. Persediaan
dalam pengiriman (transit stock)
Persediaan
dalam pengiriman disebut work-in process
stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman, yaitu:
1) Eksternal
transit stock adalah persediaan yang
masih berada dalam transportasi.
2) Internal
transit stock adalah persediaan yang
masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
2.3.4.
Biaya-Biaya
Persediaan
Secara
umum dapat dikatakan bahwa biaya sistim persediaan adalah semua pengeluaran dan
kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistim persediaan
terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya
kekurangan persediaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat masing-masing
komponen biaya di atas (Hakim, 2008 : 102)
a. Biaya
Pembelian (Purchasing Cost = 𝑃𝑐)
Biaya
pembelian (purchase cost) adalah
biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini
tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya
pembelian menjadi faktor yang penting ketika harga barang yang dibeli
tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break di mana harga barang
per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan
teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam total biaya
pembelian untuk periode tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini
tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus
dipesan.
b. Biaya
Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya
pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang, yaitu biaya pemesanan
(ordering cost) bila barang yang
diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier)
dan biaya pembuatan (setup cost) bila
barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
1) Biaya
Pemesanan (Ordering Cost = 𝑂𝑐)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang
dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan,
pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan sebagainya. Biaya
ini asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.
2) Biaya
Pembuatan (Setup Cost = 𝑆𝑐𝑜)
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan
memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik yang meliputi
biaya menyusun peralatan produksi, ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan
gambar benda kerja, dan sebagainya. Karena kedua ongkos tersebut diatas
mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka di dalam sistim persediaan
ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos pengadaan (procurement cost).
c. Biaya
Penyimpanan (holding Cost/Carrying Cost =
𝐻𝑐)
Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang.
d. Biaya
Kekurangan Persediaan (shortage cost = 𝑆𝑐)
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi
keadaan kekurangan persediaan.
2.4.
Pengendalian
Persediaan
Adapun pengendalian persedian akan
diklasifikasikan sebagai berikut :
2.4.1.
Pengertian
Pengendalian Persediaan
Menurut Nasution
(dalam Sihotang, 2012) Pengendalian adalah suatu proses yang dibuat untuk
menjaga supaya realisasi dari suatu aktiva sesuai dengan yang direncanakan.
Pengendalian
persediaan yang ada didalam perusahaan, tentunya mempunyai manfaat yaitu untuk
menunjang berjalannya kegiatan produksi yang berjalan didalam perusahaan.
Pengendalian
persediaan ini merupakan fungsi manajemen yang sangat penting bagi perusahaan,
karena persediaan yang ada dalam perusahaan akan melibatkan investasi yang
sangat besar. Semua kegiatan pengadaan ini akan menyangkut pada semua kegiatan
produksi yang maksimal.
2.4.2.
Model-Model
Jenis Persediaan
Didalam model sistem
persediaan terbagi menjadi dua yaitu model permintaan deterministik dan
probabilistik. Menurut Taha (dalam Bustaman 2013) Model permintaan dibagi
menjadi dua macam, yaitu permintaan deterministik dan permintaan probabilistik
Gambar 2.4. Klasifikasi
Permintaan dalam Model Persediaan
( Sumber Hamdy
A. Taha 1992)
1. Model
Permintaan Deterministik
Model permintaan
deterministik dilihat dari periode pemesanannya, dan kedatangan pesanan dapat
diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini dibagi menjadi dua yaitu :
a) Statis
deterministik
Pada model ini tingkat
konsumsi tetap dan konstan setiap waktu.
b) Dinamik
deterministik
Pada model ini tingkat
permintaannya diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya bervariasi dari
periode ke periode.
Dalam model persediaan deterministik
parameter-parameter yang berpengaruh terhadap sistem persediaan dapat diketahui
dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dari biaya-biaya persediaan diasumsi
diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga diasumsikan selalu tetap.
Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak dimungkinkan adanya
kekurangan persediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi
dimana seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih
masuk akal jika digunakan model-model probabilistik yang mempertimbangkan
ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun, model deterministik
terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak merupakan
langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan
2. Model
Permintaan Probabilistik
Persediaan
probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya tidak diketahui
sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaannya yang
diperoleh berdasarkan data masa lalu. Pada model-model persediaan deterministik,
diasumsikan bahwa semua parameter persediaan selalu konstan dan diketahui
secara pasti. Pada kenyataannya, sering terjadi parameter-parameter yang ada
merupakan nilai-nilai yang tidak pasti, dan sifatnya hanya estimasi atau
perkiraan saja. Model-model deterministik tidak peka terhadap
perubahan-perubahan parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada,
terutama variasi permintaan dan lead time,
model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock). Model ini dibedakan
menjadi dua yaitu:
a) Stasioner
probabilistik Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap
tidak berubah sepanjang waktu. Akibatnya pengaruh trend musiman permintaan
tidak dimasukkan dalam model.
b) Non
stationer probabilistik Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas
permintaanya bervariasi dari waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman
permintaan.
Parameter-parameter seperti permintaan,
lead time, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan
harga, kenyataannya sering bervariasi. Model-model deterministik tidak peka
terhadap perubahan-perubahan parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang
ada, terutama variasi permintaan dan lead time, model probabilistik
biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock).
2.5.
Pengendalian
Persediaan dengan model Continous Review atau
model Q
Pada
metode ini persediaan dengan jumlah pemesanan tetap dan jarak waktu pemesanan
selalu berubah-ubah menjadi salah satu kelemahan karna pemeriksaan
persediaan yang harus dilakukan secara terus-menerus sehingga kurang efisien
dan akan menambah biaya tenaga kerja dibagian gudang. Persediaan diawasi setiap
kali terjadi transaksi pemakaian persediaan dan kemudian persediaan yang ada
dibandingkan dengan reorder point. Jika posisi persediaan sama atau
lebih kecil dari reorder point, maka dilakukan pemesanan kembali dengan
jumlah pemesanan yang tetap. Dan jika posisi persediaan lebih besar dari reorder
point bearti tidak ada tindakan pemesanan yang perlu dilakukan.
Perbandingan model Q dan p adalah
a. Periode
pemesanan tidak tetap
b. Barang yang
disimpan relative sedikit
c. Memerlukan
administrasi yang berat untuk selalu dapat memantau tingkat persediaan agar
tidak terlambat memesan
d. Jumlah yang
dipesan selalu sama
Pada metode ini
pemesanan kembali dilakukan pada saat dimana persediaan mencapai suatu titik
pemesanan kembali (reorder point) dengan memperhitungkan kebutuhan yang
berfluktuasi selama waktu ancang-ancang (lead time), persediaan untuk
meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan keamanan (safety
stock). Sistem persediaan dengan jumlah pemesanan tetap, sedang jarak
waktu pemesanan berubah-ubah, sistem ini biasa disebut sistem Q, atau Continous
Review system atau biasa juga disebut dengan Continous Review
Fixed-Order Quantity (FOQ) atau sistem jumlah pesanan tetap. Metode ini
digunakan untuk mengantisifasi laju perubahan permintaan yang menjadi acak atau
probabilistik (Sumayang : 2003 dalam Parsephalindra : 2012)
Beberapa yang perlu diperhatikan pada model Q adalah:
a. Lot
Order Economic adalah jumlah pembelian yang ekonomis untuk dilaksanakan
pada setiap kali pesan.
b. Persediaan
keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai persediaan
cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana yang telah ditetapkan.
c. Waktu
ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk memesan
bahan sampai bahan tersebut tiba.
d. Pemakaian
atau kebutuhan setiap hari.
Ciri ciri pengendalian persediaan dengan metode Q adalah :
a. Jumlah
barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah sama.
b. Pemesanan
kembali dilakukan apabila persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali.
c. Besarnya
reorder point sama dengan jumlah pemakaian selama waktu ancang-ancang ditambah
dengan persediaan keamanan.
d. Interval
waktu antara pemesanan tidak sama, tergantung pada jumlah barang persediaan.
Model Q memecahkan persoalan
persediaan probabilistik dengan memandang bahwa posisi barang yang tersedia di
gudang, sama dengan posisi persediaan barang pada sistem determistik dengan
menambahkan cadangan pengaman (Safety Stock). Berikut adalah gambar
dari model Q
(Sumber Sihotang, 2012)
Pada prinsipnya sistem ini adalah
hampir sama dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada
tingkat pelayanannya. Kalau pada model inventory probabilistik sederhana tingkat
pelayanan ditetapkan sedangkan dalam model Q tingkat pelayanan akan dicari
optimalisasinya.
Penjelasan gambar 2.5 misalnya
perusahaan pesan sebanyak (qo) sebanyak
1000 spare parts, setelah mencapai pada saat ROP (Reorder Point) titik pemesanan kembali, spare parts sudah mencapai maksimal misalnya sudah mencapai 500. Maka
perusahaan akan memesan kembali setelah melihat stock yang ada di gudang sudah mencapai safety stock Continuous Review model ini menambahkan biaya
ongkos kekurangan inventory dan
ongkos simpan cadangan pengaman inventory
untuk mengetahui total ongkos inventory
yang akan dipesan.
Adapun rumus yang digunakan dalam
metode model Q adalah sebagai berikut:
a. Ukuran
Pemesanan (qo)
(qo) =
................................................................................. 2.1
Keterangan :
D = Permintaan rata rata spare parts
A = Ongkos sekali pesan
Cu = Ongkos kekurangan persediaan spare parts
N
= Ekspentasi permintaan yang takterpenuhi
X = Variabel acak permintaan spare parts selama lead time
r = Jumlah persediaan saat pemesanan
kembali
h = ongkos simpan perunit per periode
σDL = standar deviasi permintaan spare parts selama lead time
b. Titik
pemesanan kembali (r*)
r* =
................................................................................. 2.2
Keterangan
r* = titikpemesanan kembali
σ = standardeviasi permintaan spare parts
D = permintaan rata-rata spare parts per
periode
L = rata-rata waktutunggu atau lead time
c. Penentuan
safety stock
SS
=
...................................................................................... 2.5
Keterangan
SS
= Safety Stock
d. Ongkos
Pembelian
Keterangan
D = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
P = harga barang per unit
e. Ongkos
Pesan
Keterangan
A = ongkos setiap kali pesan
D = permintaan rata-rata spare parts
selama lead time
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
f. Ongkos
Simpan
g. Jika
terjadi back order
Keterangan
r*
= titik pemesanan kembali spare parts
qo = besarnya lot ukuran pemesanan
h = ongkos simpan unit per periode
s = jumlah barang persediaan sebelum spare parts datang
h. kemungkinan
terjadinya kekurangan persediaan (α)
Keterangan
α = kemungkinan terjadinyakekurangan persediaan
h = ongkos simpan unit per periode
qo = besarnyaukuran lot pemesanan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap
unit
D = permintaan rata-rata jumlah spare
parts per periode
i. Tingkat
pelayanan
Keterangan
η
= tingkat pelayanan
N
= ekspentasi permintaan yang tak terpenuhi
F(x) = fungsi kepadatan probabilitas variabel acak x
j. Kasus
Lot Sales
Keterangan
r*
= titik pemesanan kembali spare parts
N = ekspentasi permintaan yang tak
terpenuhi
k. Kemungkinan
terjadinya kekurangan persediaan (α)
Keterangan
α = kemungkinan terjadi kekurangan
persediaan
h = ongkos simpan unit per periode
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap
unit barang
D = permintaan rata-rata jumlah spare
parts per periode
l. Titik
pemesanan kembali spare parts (r*)
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
m. Penentuan
safety stock
SS
=
.................................................................................... 2.18
Keterangan
SS
= Safety Stock
n. Ongkos
kekurangan persediaan (
)
keterangan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap
unit barang
D = permintaan rata-rata jumlah spare
parts per periode
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
N = ekspentasi permintaan yang tak
terpenuhi
α = kemungkinan terjadi kekurangan
persediaan
r = jumlah persediaan pada saat
pemesanan kembali
2.6.
Pengendalian
Persediaan dengan model Periodik Review atau
model P
Metode periodic
review atau model P adalah pengendalian
persediaan
dengan jarak waktu antara dua pemesanan tetap sedangkan
jumlah
bahan yang dipesan berubah-ubah. yang didasarkan pada tinjauan
periodik
terhadap posisi persediaan. Penentuan waktu pemesanan dan
besarnya
jumlah bahan baku yang harus dipesan tidak terikat pada
permintaan
melainkan pada tinjauan secara periodik (Yamit, 2005
: 84).
Persediaan
pengaman dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi
permintaan selama lead time,
tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan. Pada sistem P ini setiap kali
pesan jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat
periode pemesanan tercapai sehingga setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot
pesanan tidak sama. Permasalahan pada sistem P ini adalah terdapat kemungkinan
persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai.
Akibatnya, safety stock yang diperlukan relatif lebih besar. Sementara
metode sistem P tidak mengenal adanya Reorder Point atau titik pemesanan
kembali sehingga resiko kekurangan persediaan akan lebih besar akibat dari
fluktuasi permintaan selama waktu tunggu (lead time). Perbandingan sitem
P dan system Q adalah:
a. Waktu
Periode pemesanan selalu tetap
b. Membutuhkan
safety stock yang besar
c. Administrasi
ringan
d. Setiap kali
melakukan pemesanan dalam jumlah yang berbeda
Berikut adalah gambar grafik inventory model P :
Gambar 2.6. Situasi Inventory Model P (Periodic Review)
(Sumber Sihotang, 2012)
Gambar 2.6. menunjukkan bahwa mekanisme pengendalian
dilakukan dengan memesan menurut interval waktu T dan jumlah yang dipesan
adalah sebesar (R – r) yang merupakan ukuran lot bersifat variabel.
Variabilitas ini dikarenakan permintaan bersifat probabilistik sedangkan waktu
pemesanan (T) selalu tetap sehingga ukuran lot pemesanan antara satu pemesanan
dengan pemesanan lain berubah-ubah (variabel). Disamping itu tampak juga adanya
suatu periode waktu tertentu dimana kemungkinan barang tidak ada di gudang atau
terjadi kekurangan inventori (out of stock).
Rumus
yang digunakan dalam periode ini adalah:
a. Waktu
periodik pemeriksaan spare parts (T)
Keterangan
T = waktu periodik pemeriksaan spare parts
qo = besarnya ukuran pemesanan optimal
D = permintaan rata-rata spare
parts per periode
b. Target
persediaan (E)
E = D (T + L) + ss ............................................................................. 2.21
Keterangan
E = target persediaan atau tingkat persediaan maksimum
T = waktu periodik pemeriksaan spare
parts
L = rata-rata waktu tunggu atau lead
time
ss = safety stock
c. Total
biaya persediaan (TC)
keterangan
TC = total biaya persediaan
V = ongkos pemeriksaan
A = onkos setiap kali pemesanan
T = waktu periodik pemeriksaan spare
parts
h = ongkos simpan per unit per periode
E = target persediaan spare parts
D = permintaan spare
parts per periode
N = ekspektasi permintaan yang tak terpenuhi
P = harga spare parts per unit
2.7.
Persediaan
Pengaman (Safety Stock)
Menurut Silver (dalam Verawaty :2012) Cadangan
pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang dijaga dalam
persediaan yang berfungsi sebagai penyangga untuk mencegah persediaan habis. Safety
stock digunakan untuk meredam fluktuasi permintaan dan fluktuasi pasokan
selama waktu lead time atau selama kurun waktu tertentu. Dengan waktu
ancang-ancang pemesanan selama 3 hari, maka safety stock ini diharapkan
dapat mengantisipasi kurangnya atau tidak adanya spare parts selama 3 hari untuk mengantisifasi kekurangan bahan
baku baik kerena keterlambatan pengiriman barang ataupun karena pemakaian yang
lebih dari biasanya.
Menurut Nasution (dalam Parshephalinda 2012) Beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya pengaman antara lain:
a. Tingkat
ketepatan waktu pihak pemasok saat menyediakan bahan yang dipesan oleh
perusahaan. Apabila pemasok selalu menyerahkan tepat pada range waktu
yang telah disepakiti kedua belah pihak, maka resiko akan kekurangan persediaan
menjadi lebih kecil dan pengadaan persediaan pengaman pun tidak terlalu besar.
b. Jumlah
bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila jumlah bahan yang dibeli
lebih besar dari persediaan rata-rata yang dibutuhkan per periode tertentu berarti
persediaan pengaman yang tersedia besar, maka resiko kekurangaan bahan baku
akan relative kecil. Sebaliknya apabila jumlah bahan baku yang dipesan setara
dengan rata-rata persediaan yang dibutuhkan per periode tertentu, maka resiko
kekurangan bahan baku akan lebih besar karena persediaan pengamanyang tersedia
sangat kecil.
c. Ada
tidaknya perkiraan kebutuhan bahan baku secara tepat, bagi perusahaan yang
dapat memperkirakan jumlah bahan secara tepat, maka resiko kekurangan bahan
baku relative kecil.
SS =
...................................................................................... 2.24
Keterangan
SS = Safety Stock
2.8.
Titik
Pemesanan Kembali
Titik pemesananan kembali (reorder point)
yang optimal dapat digunakan sebagai waktu untuk melakukan pemesanan kembali spare parts yang telah mendekati titik
tersebut. Reorder point ditetapkan pada tingkat persediaan yang cukup
tinggi untuk mengurangi resiko kemungkinan persediaan habis dan untuk
menghitung kemungkinan ini, perlu diketahui data statistik tentang pola
penyebaran permintaan selama tenggang waktu pemesanan atau lead time.
Perhitungan reorder point adalah
sebagai berikut:
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
2.9.
Waktu
Tunggu (Lead Time)
Masa tenggang (lead time) merupakan,
tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan spare parts tersebut dilaksanakan dengan datangnya spare parts yang dipesan (Nasution :
1999 dalam Parshepalindra) Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat
erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point).
Dengan waktu yang tepat maka perusahaan
akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan
persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Suatu sistem persediaan dikatakan
probabilistik apabila mempunyai tiga keadaan yang berbeda yaitu:
a. Tingkat
permintaan berubah-ubah, lead time konstan Model ini berasumsi bahwa
permintaan selam lead time terdiri dari permintaan harian yang tidak
pasti yang dapat digambarkan dengan distribusi normal. Suatu lead time dikatakan
kostan apabila selalu mempunyai nilai yang sama secara berulang-ulang untuk
beberapa periode akan mempunyai variasi yang kecil dalam hubunganya dengan
rata-rata lead time. Nilai lead time dapat dikontrol nilainya
apabila pasokan bahan baku berasal dari satu devisi dan dikirimkan ke divisi
lainya dalam satu perusahaan. Untuk penggunaan model ini, perlu diketahui
rata-rata permintaan dan nilai standar deviasinya. Informasi ini diperlukan untuk
menentukan permintaan yang diinginkan dan standar deviasi yang menentukan
periode lead time. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat
dirumuskan :
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
b. Tingkat
permintaan konstan, lead time berubah-ubah
Pada kondisi ini lead time diasumsikan
berdistribusi normal sehingga nilai permintaan selama lead time juga
mengikuti distribusi yang sama, tetapi variasinya tidak mencakup penjumlahan
variasi per harinya seperti model sebelumnya. lead time yang
berubah-ubah memungkinkan penentuan reorder point pada tingkat minimum,
rata-rata atau maksimum lead time itu sendiri. Penentuan nilai reorder
point berdasarkan batas minimum atau maksimum akan sangat terlihat
perbedaannya. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat dirumuskan:
r* =
............................................................................... 2.27
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali
D = permintaan rata-rata spare parts per
periode
L = rata-rata lead time
c. Tingkat
permintaan dan lead time berubah-ubah
Tingkat
permintaan dan Lead time yang berubah-ubah dapat meningkatkan
kompleksitas permasalahan. Pada saat ini terjadi tingkat persediaan pengaman
harus lebih besar disbanding jika salah satu dari kedua variabel tersebut
bernilai konstan. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat dirumuskan
:
r* =
......................................................... 2.28
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali
D = permintaan rata-rata spare parts per
periode
L = rata-rata lead time
2.10.
Order
Quantity
Ukuran pemesanan (order quantity) yang
optimal dapat digunakan untuk, menentukan jumlah optimal spare parts dalam setiap kali melakukan pemesanan. Sehingga
ketersediaan spare parts di dalam
gudang tetap terjamin keberadaannya, dan berdampak terhadap total biaya
persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Senator, 2006 : 92)
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium