BAB 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.        Penjelasan Tentang Plywood
Plywood adalah atau yang sering disebut kayu lapis (tripleks) adalah sejenis papan pabrikan yang terdiri dari lapisan kayu yang direkatkan bersama – sama dengan veener lainnya. Menurut Suetomo (dalam Adriani 2010) Kayu lapis adalah suatu produk panil-panil kayu yang diperoleh dengan cara menyusun secara bersilangan dari lembaran-lembaran veneer yang dikombinasikan dengan papan, strip, papan partikel, papan serat, atau lainnya yang diikat dengan perekat bantuan perlakuan berupa pemberian panas.
Proses rotary merupakan proses kedua. Kayu yang telah dipotong akan dikupas dengan mesin rotary dan akan diambil lapisan yang terbaik. Hasil pengupasan berupa lembaran bahan yang disebut core dan veneer.



                           
Gambar 2.1. Produk Kayu Lapis
(Sumber PT. Suka Jaya Makmur)
Veneer adalah lapisan tertipis yang berada pada paling atas atau disebut Face muka. Veneer diambil dari kayu yang memiliki serat bagus dan ratasehingga mencerminkan permukaan dengan corak yang indah saat menjadi sebuah plywood. Veneer biasanya diambil dan disortir saat proses pengupasan pada mesin rotary karena tidak semua bagian dari bulatan kayu memiliki motif corak yangsama dan seragam.
Core adalah lapisan tengah kedua bila penyusunan kayu lapis terdiri dari 3 (tiga) lapisan tetapi bisa menjadi lapisan bukan kedua bila kayu lapis tersusunlebih dari 3 (tiga) lapisan atau disebut ply.
2.2.       Objek Penelitian padaMesin Rotary dan Drayer
Objek penelitian ini berfokus pada mesin rotary dan dryer karna mesin produksi plywood yang dibuat di PT. Suka Jaya Makmur adalah barang setengah jadi. Informasi tentang mesin akan dijelaskan sebagai berikut :
2.2.1.      Mesin Rotary
Mesin rotary sebuah mesin yang digunakan dalam proses pembuatan plywood. Mesin rotary diibaratkan sebuah peraut pensil kayu yang sangat besar, untuk meraut pensil tidak berbentuk runcing seperti kerucut pada bagian ujung namun diraut secara horizontal sehingga habis menjadi lembaran tipis. Berikut gambar mesin rotary :
Gambar 2.2. Cara Kerja Mesin Rotary
(Sumber : Iks Klingelnberg Group (interknife.com), 2014)


Batang kayu atau disebut log yang telah dibersihkan jika terdapat paku, atau benda tajam lainnya yang nantinya akan mengenai mata pisau dan mengakibatkan rusaknya mata pisau. Kemudian dibawa ke mesin rotary yang berguna menjadikan batangan kayu menjadi veener (lembar kayu tipis).
Pengolahan mesin rotary yang dilakukan pertama, persiapan pisau kupas adalah tahapan yang sangat penting sebelum proses pengupasan. Terdapat beberapa jenis sudut mata pisau yang berbeda untuk kupas kayu yang lunak, sedang dan keras. Ditambah dengan pembentukan sudut ganda pada pisau pengupas, dapat meningkatkan daya tahan pisau. Kedua, penentuan titik pusat kayu, kayu sebelum masuk ke mesin kupas, dicari atau ditentukan terlebih dahulu titik pusatnya. Ketiga, pembuatan lembaran dari kayu bulat.
Mesin pengupas yang dipergunakan adalah sistem rotary atau diputar, kayu bulat diputar dengan kecepatan tertentu pada pisau serutan. Sebelum pengupasan dilakukan, ujung pangkal balok disesuaikan dengan ketebalan kupasan yang diinginkan serta terlebih dahulu ditentukan titik pusat batang kayu central mark projector yang titik pusatnya sama tinggi dengan titik pusat spindle atau penjepit mesin.
Pengupasan dilakukan dengan pemutaran simetris yaitu batang kayu diputar berlawanan dengan mata pisau yang bergerak transisi. Pengupasan dilakukan hingga mencapai center log (inti kayu atau as kayu). Center log ini digunakan sebagai bahan bakar. Setelah keluar dari bagian pengupasan, maka lembaran bahan setengah jadi disebut lembaran veneer face back (F/B) dan core (C) siap dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu pengeringan dengan mesin dryer (Endy, 2011 : 19 ).
2.2.2.      Mesin Dryer
Sebuah mesin pengering lembaran kayu bahan setengah jadi hasil kupasan mesin rotary. Mesin ini bekerja dengan menggunakan tenaga listrik dengan sistem penguapan. Terdapat 4 (empat) yang bekerja unit mesin terdiri dari operator mesin, tally, dan pekerja. Mesin dryer berbentuk balok yang sangat besar dan didalamnya terdapat alat pengering yang berasal dari uap panas, konveyor kawat (net conveyor) sebagai tempat lembaran berjalan dari sisi awal ke sisi akhir.
Mesin dryer berfungsi mengeringkan lembaran kayu sehingga kadar air dalam lembaran tersebut berkurang. Lembaran-lembaran kayu yang ada dimasukkan ke dalam mesin pengering (dryer) dengan cara diletakkan pada konveyor yang berjalan, bagian ujung lembaran-lembaran kayu dimasukkan terlebih dahulu. Kecepatan lintasan dalam mesin pengering ini disesuaikan dengan ukuran tebal dan jenis kayunya. Kadar air dari lembaran yang keluar dari mesin pengering ini perlu mendapat perhatian, karena berpengaruh terhadap pemakaian bahan perekat dan mutu kayu lapis yang dihasilkan. Jika kayu mengandung air dengan kadar yang tinggi atau tidak sesuai, maka kayu tersebut tidak tahan lama dan mudah jamuran.
2.3.       Persediaan (Inventory)
Dalam persediaan (Inventory) ini mempunyai klafikikasi yang akan diuraikan sebagai berikut:
2.3.1.      Pengertian Persediaan (Inventory)
Pengadaan persediaan harus diperhatikan, karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan, sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung resiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi yang besar.
Menurut Yamit (dalam Arfani 2013) Persediaan merupakan kekayaan perusahaan, yang memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Maka perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keandalan, ataupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan. Untuk mencapai sasaran akhir dalam manajemen persediaan, yaitu untuk meminimasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan.
Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan, akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh karenanya diharapkan terjadi keseimbangan, dalam pengadaan persediaan sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin, dan dapat memperlancar jalannya proses produksi (Ristono, 2008 : 4).
2.3.2.      Fungsi Persediaan
Menurut Ginting (dalam Sihotang 2012) Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi, dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut :
a.    Persediaan dalam Lot Size
Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar, atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat, dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian, dan biaya transportasi. 
b.    Persediaan cadangan
Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan permintaan konsumen, biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time), mungkin lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen, atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.
c.    Persediaan antisipasi
Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply), dan kenaikan permintaan (demand), atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.
d.   Persediaan pipeline
Sistim persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan tempat (stock point) dengan aliran diantara tempat persediaan tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi di tempat persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen, persediaan dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi (work in process). Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan transportasi. Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus dikendalikan. 
e.    Persediaan Lebih
Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi.  
2.3.3.      Jenis-Jenis Persediaan
Pembagian jenis persediaan dapat berdasarkan proses manufaktur yang dijalani dan berdasarkan tujuan. Berdasarkan proses manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu (Ristono, 2009: 85)
a.    Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman (safety stock) adalah persedian yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur  ketidakpastian permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan (stock out). Faktor-faktor yang menentukan safety stock adalah sebagai berikut :
1)   Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. 
2)   Faktor waktu atau lead time (procurement time)  Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persedian. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi. 

b.    Persediaan antisipasi
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
c.    Persediaan dalam pengiriman (transit stock)
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman, yaitu:
1)   Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi.
2)   Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
2.3.4.      Biaya-Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistim persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistim persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan persediaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat masing-masing komponen biaya di atas (Hakim, 2008 : 102)
a.    Biaya Pembelian (Purchasing Cost = 𝑃𝑐)
Biaya pembelian (purchase cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor yang penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break di mana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam total biaya pembelian untuk periode tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan. 


b.    Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal–usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.
1)   Biaya Pemesanan (Ordering Cost = 𝑂𝑐) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan sebagainya. Biaya ini asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.  
2)   Biaya Pembuatan (Setup Cost = 𝑆𝑐𝑜) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya. Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan, maka di dalam sistim persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos pengadaan (procurement cost).
c.       Biaya Penyimpanan (holding Cost/Carrying Cost = 𝐻𝑐) Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang.
d.      Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost = 𝑆𝑐) Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan.





2.4.       Pengendalian Persediaan
Adapun pengendalian persedian akan diklasifikasikan sebagai berikut :
2.4.1.      Pengertian Pengendalian Persediaan
Menurut Nasution (dalam Sihotang, 2012) Pengendalian adalah suatu proses yang dibuat untuk menjaga supaya realisasi dari suatu aktiva sesuai dengan yang direncanakan.
Pengendalian persediaan yang ada didalam perusahaan, tentunya mempunyai manfaat yaitu untuk menunjang berjalannya kegiatan produksi yang berjalan didalam perusahaan.
Pengendalian persediaan ini merupakan fungsi manajemen yang sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan yang ada dalam perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat besar. Semua kegiatan pengadaan ini akan menyangkut pada semua kegiatan produksi yang maksimal.
2.4.2.      Model-Model Jenis Persediaan
Didalam model sistem persediaan terbagi menjadi dua yaitu model permintaan deterministik dan probabilistik. Menurut Taha (dalam Bustaman 2013) Model permintaan dibagi menjadi dua macam, yaitu permintaan deterministik dan permintaan probabilistik
Gambar 2.4. Klasifikasi Permintaan dalam Model Persediaan
( Sumber Hamdy A. Taha 1992)
1.    Model Permintaan Deterministik
Model permintaan deterministik dilihat dari periode pemesanannya, dan kedatangan pesanan dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini dibagi menjadi dua yaitu :
a)    Statis deterministik
Pada model ini tingkat konsumsi tetap dan konstan setiap waktu.
b)   Dinamik deterministik
Pada model ini tingkat permintaannya diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya bervariasi dari periode ke periode.
Dalam model persediaan deterministik parameter-parameter yang berpengaruh terhadap sistem persediaan dapat diketahui dengan pasti. Rata-rata kebutuhan dari biaya-biaya persediaan diasumsi diketahui dengan pasti. Lamanya lead time juga diasumsikan selalu tetap. Karena semua parameter bersifat deterministik maka tidak dimungkinkan adanya kekurangan persediaan. Dalam dunia nyata, akan sangat jarang ditemukan situasi dimana seluruh parameter dapat diketahui dengan pasti. Karena itu, akan lebih masuk akal jika digunakan model-model probabilistik yang mempertimbangkan ketidakpastian pada parameter-parameternya. Namun, model deterministik terkadang merupakan pendekatan yang sangat baik, atau paling tidak merupakan langkah awal yang baik untuk menggambarkan fenomena persediaan
2.    Model Permintaan Probabilistik
Persediaan probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Pada model-model persediaan deterministik, diasumsikan bahwa semua parameter persediaan selalu konstan dan diketahui secara pasti. Pada kenyataannya, sering terjadi parameter-parameter yang ada merupakan nilai-nilai yang tidak pasti, dan sifatnya hanya estimasi atau perkiraan saja. Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock). Model ini dibedakan menjadi dua yaitu:
a)    Stasioner probabilistik Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaannya tetap tidak berubah sepanjang waktu. Akibatnya pengaruh trend musiman permintaan tidak dimasukkan dalam model.
b)   Non stationer probabilistik Pada model ini fungsi kepadatan probabilitas permintaanya bervariasi dari waktu ke waktu dan dipengaruhi trend musiman permintaan.
Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga, kenyataannya sering bervariasi. Model-model deterministik tidak peka terhadap perubahan-perubahan parameter tersebut. Untuk menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead time, model probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock).
2.5.       Pengendalian Persediaan dengan model Continous Review atau model Q
Pada metode ini persediaan dengan jumlah pemesanan tetap dan jarak waktu pemesanan selalu berubah-ubah menjadi salah satu kelemahan karna pemeriksaan persediaan yang harus dilakukan secara terus-menerus sehingga kurang efisien dan akan menambah biaya tenaga kerja dibagian gudang. Persediaan diawasi setiap kali terjadi transaksi pemakaian persediaan dan kemudian persediaan yang ada dibandingkan dengan reorder point. Jika posisi persediaan sama atau lebih kecil dari reorder point, maka dilakukan pemesanan kembali dengan jumlah pemesanan yang tetap. Dan jika posisi persediaan lebih besar dari reorder point bearti tidak ada tindakan pemesanan yang perlu dilakukan. Perbandingan model Q dan p adalah
a.    Periode pemesanan tidak tetap
b.    Barang yang disimpan relative sedikit
c.    Memerlukan administrasi yang berat untuk selalu dapat memantau tingkat persediaan agar tidak terlambat memesan
d.   Jumlah yang dipesan selalu sama
Pada metode ini pemesanan kembali dilakukan pada saat dimana persediaan mencapai suatu titik pemesanan kembali (reorder point) dengan memperhitungkan kebutuhan yang berfluktuasi selama waktu ancang-ancang (lead time), persediaan untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut persediaan keamanan (safety stock). Sistem persediaan dengan jumlah pemesanan tetap, sedang jarak waktu pemesanan berubah-ubah, sistem ini biasa disebut sistem Q, atau Continous Review system atau biasa juga disebut dengan Continous Review Fixed-Order Quantity (FOQ) atau sistem jumlah pesanan tetap. Metode ini digunakan untuk mengantisifasi laju perubahan permintaan yang menjadi acak atau probabilistik (Sumayang : 2003 dalam Parsephalindra : 2012)
Beberapa yang perlu diperhatikan pada model Q adalah:
a.    Lot Order Economic adalah jumlah pembelian yang ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pesan.
b.    Persediaan keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana yang telah ditetapkan.
c.    Waktu ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk memesan bahan sampai bahan tersebut tiba.
d.   Pemakaian atau kebutuhan setiap hari.
Ciri ciri pengendalian persediaan dengan metode Q adalah :
a.    Jumlah barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah sama.
b.    Pemesanan kembali dilakukan apabila persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali.
c.    Besarnya reorder point sama dengan jumlah pemakaian selama waktu ancang-ancang ditambah dengan persediaan keamanan.
d.   Interval waktu antara pemesanan tidak sama, tergantung pada jumlah barang persediaan.





Model Q memecahkan persoalan persediaan probabilistik dengan memandang bahwa posisi barang yang tersedia di gudang, sama dengan posisi persediaan barang pada sistem determistik dengan menambahkan cadangan pengaman (Safety Stock). Berikut adalah gambar dari model Q
Gambar 2.5 Situasi Inventory Model Q (Continuous Review)
(Sumber Sihotang, 2012)
Pada prinsipnya sistem ini adalah hampir sama dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada tingkat pelayanannya. Kalau pada model inventory probabilistik sederhana tingkat pelayanan ditetapkan sedangkan dalam model Q tingkat pelayanan akan dicari optimalisasinya.
Penjelasan gambar 2.5 misalnya perusahaan pesan sebanyak (qo) sebanyak 1000 spare parts, setelah mencapai pada saat ROP (Reorder Point) titik pemesanan kembali, spare parts sudah mencapai maksimal misalnya sudah mencapai 500. Maka perusahaan akan memesan kembali setelah melihat stock yang ada di gudang sudah mencapai safety stock Continuous Review model ini menambahkan biaya ongkos kekurangan inventory dan ongkos simpan cadangan pengaman inventory untuk mengetahui total ongkos inventory yang akan dipesan.



Adapun rumus yang digunakan dalam metode model Q adalah sebagai berikut:
a.    Ukuran Pemesanan (qo)
(qo) =  .................................................................................  2.1
Keterangan :
D = Permintaan rata rata spare parts
A = Ongkos sekali pesan
Cu = Ongkos kekurangan persediaan spare parts
 N = Ekspentasi permintaan yang takterpenuhi
X = Variabel acak permintaan spare parts selama lead time
r = Jumlah persediaan saat pemesanan kembali
h = ongkos simpan perunit per periode
σDL = standar deviasi permintaan spare parts selama lead time
b.    Titik pemesanan kembali (r*)
r* =  .................................................................................  2.2
 ..............................................................................................  2.3              2.4
Keterangan
r* = titikpemesanan kembali
 = permintaan rata rata spare parts selama lead time
 = nilai pada distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasipermintaan spare parts
σ = standardeviasi permintaan spare parts
D = permintaan rata-rata spare parts per periode
L = rata-rata waktutunggu atau lead time
c.    Penentuan safety stock
SS =  ......................................................................................  2.5
Keterangan
SS = Safety Stock
 = nilai z pada distribusi normal pada tingkat
 = standar deviasi permintaan spare parts semalama lead time
d.      Ongkos Pembelian
= D x P ............................................................................................  2.6
Keterangan
D = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
P = harga barang per unit
e.    Ongkos Pesan
 ...............................................................................................  2.7
Keterangan
A = ongkos setiap kali pesan
D = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
f.       Ongkos Simpan
 h ................................................................................  2.8
g.      Jika terjadi back order
 .......................................................................................  2.9
 ..................................................................  2.10
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
qo = besarnya lot ukuran pemesanan
h = ongkos simpan unit per periode
s = jumlah barang persediaan sebelum spare parts datang
h.    kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (α)
 .............................................................................................  2.11
Keterangan
α = kemungkinan terjadinyakekurangan persediaan
h = ongkos simpan unit per periode
qo = besarnyaukuran lot pemesanan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap unit
D = permintaan rata-rata jumlah spare parts per periode

i.      Tingkat pelayanan
   .........................................................................  2.12
 ....................  2.13
Keterangan
η = tingkat pelayanan
N = ekspentasi permintaan yang tak terpenuhi
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
F(x) = fungsi kepadatan probabilitas variabel acak x          
= nilai pada z distribusi normal standar pada tingkat α
j.      Kasus Lot Sales
 ......................................................................................  2.14
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
= permintaan rata-rata spare parts selama lead time
N = ekspentasi permintaan yang tak terpenuhi
 ..........................................................  2.15
k.    Kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (α)
 .............................................................................................  2.16
Keterangan
α = kemungkinan terjadi kekurangan persediaan
h = ongkos simpan unit per periode
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap unit barang
D = permintaan rata-rata jumlah spare parts per periode
l.      Titik pemesanan kembali spare parts (r*)
  ..........................................................................  2.17
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
= nilai pada z distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasi permintaan spare parts selama lead
m.  Penentuan safety stock
SS =  ....................................................................................  2.18
Keterangan
SS = Safety Stock
 = nilai z pada distribusi normal pada tingkat
 = standar deviasi permintaan spare parts semalama lead
n.    Ongkos kekurangan persediaan ( )
 ........................................................................................  2.19
keterangan
Cu = ongkos kekurangan persediaan setiap unit barang
D = permintaan rata-rata jumlah spare parts per periode
qo = besarnya ukuran lot pemesanan
N = ekspentasi permintaan yang tak terpenuhi
α = kemungkinan terjadi kekurangan persediaan
r = jumlah persediaan pada saat pemesanan kembali

2.6.       Pengendalian Persediaan dengan model Periodik Review atau model P
Metode periodic review atau model P adalah pengendalian persediaan dengan jarak waktu antara dua pemesanan tetap sedangkan jumlah bahan yang dipesan berubah-ubah. yang didasarkan pada tinjauan periodik terhadap posisi persediaan. Penentuan waktu pemesanan dan besarnya jumlah bahan baku yang harus dipesan tidak terikat pada permintaan melainkan pada tinjauan secara periodik (Yamit, 2005 : 84).
Persediaan pengaman dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan. Pada sistem P ini setiap kali pesan jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai sehingga setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan tidak sama. Permasalahan pada sistem P ini adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai. Akibatnya, safety stock yang diperlukan relatif lebih besar. Sementara metode sistem P tidak mengenal adanya Reorder Point atau titik pemesanan kembali sehingga resiko kekurangan persediaan akan lebih besar akibat dari fluktuasi permintaan selama waktu tunggu (lead time). Perbandingan sitem P dan system Q adalah:
a.       Waktu Periode pemesanan selalu tetap
b.      Membutuhkan safety stock yang besar
c.       Administrasi ringan
d.      Setiap kali melakukan pemesanan dalam jumlah yang berbeda
Berikut adalah gambar grafik inventory model P :
Gambar 2.6. Situasi Inventory Model P (Periodic Review)
(Sumber Sihotang, 2012)
Gambar 2.6. menunjukkan bahwa mekanisme pengendalian dilakukan dengan memesan menurut interval waktu T dan jumlah yang dipesan adalah sebesar (R – r) yang merupakan ukuran lot bersifat variabel. Variabilitas ini dikarenakan permintaan bersifat probabilistik sedangkan waktu pemesanan (T) selalu tetap sehingga ukuran lot pemesanan antara satu pemesanan dengan pemesanan lain berubah-ubah (variabel). Disamping itu tampak juga adanya suatu periode waktu tertentu dimana kemungkinan barang tidak ada di gudang atau terjadi kekurangan inventori (out of stock).
Rumus yang digunakan dalam periode ini adalah:



a.    Waktu periodik pemeriksaan spare parts (T)
 ...............................................................................................  2.20
Keterangan
T = waktu periodik pemeriksaan spare parts
qo = besarnya ukuran pemesanan optimal
D = permintaan rata-rata spare parts per periode
b.    Target persediaan (E)
E = D (T + L) + ss .............................................................................  2.21
Keterangan
E = target persediaan atau tingkat persediaan maksimum
T = waktu periodik pemeriksaan spare parts
L = rata-rata waktu tunggu atau lead time
ss = safety stock
c.       Total biaya persediaan (TC)
 ..........................  2.23
keterangan
TC = total biaya persediaan
V = ongkos pemeriksaan
A = onkos setiap kali pemesanan
T = waktu periodik pemeriksaan spare parts
h = ongkos simpan per unit per periode
E = target persediaan spare parts
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
D = permintaan spare parts per periode
N = ekspektasi permintaan yang tak terpenuhi
 = ongkos kekurangan persediaan setiap unit spare parts
P = harga spare parts per unit





2.7.       Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Menurut Silver (dalam Verawaty :2012) Cadangan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang dijaga dalam persediaan yang berfungsi sebagai penyangga untuk mencegah persediaan habis. Safety stock digunakan untuk meredam fluktuasi permintaan dan fluktuasi pasokan selama waktu lead time atau selama kurun waktu tertentu. Dengan waktu ancang-ancang pemesanan selama 3 hari, maka safety stock ini diharapkan dapat mengantisipasi kurangnya atau tidak adanya spare parts selama 3 hari untuk mengantisifasi kekurangan bahan baku baik kerena keterlambatan pengiriman barang ataupun karena pemakaian yang lebih dari biasanya.
Menurut Nasution (dalam Parshephalinda 2012) Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya pengaman antara lain:
a.       Tingkat ketepatan waktu pihak pemasok saat menyediakan bahan yang dipesan oleh perusahaan. Apabila pemasok selalu menyerahkan tepat pada range waktu yang telah disepakiti kedua belah pihak, maka resiko akan kekurangan persediaan menjadi lebih kecil dan pengadaan persediaan pengaman pun tidak terlalu besar.
b.      Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Apabila jumlah bahan yang dibeli lebih besar dari persediaan rata-rata yang dibutuhkan per periode tertentu berarti persediaan pengaman yang tersedia besar, maka resiko kekurangaan bahan baku akan relative kecil. Sebaliknya apabila jumlah bahan baku yang dipesan setara dengan rata-rata persediaan yang dibutuhkan per periode tertentu, maka resiko kekurangan bahan baku akan lebih besar karena persediaan pengamanyang tersedia sangat kecil.
c.       Ada tidaknya perkiraan kebutuhan bahan baku secara tepat, bagi perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah bahan secara tepat, maka resiko kekurangan bahan baku relative kecil.
SS =  ......................................................................................  2.24
Keterangan
SS = Safety Stock
 = nilai z pada distribusi normal pada tingkat
 = standar deviasi permintaan spare parts selama lead
2.8.       Titik Pemesanan Kembali
Titik pemesananan kembali (reorder point) yang optimal dapat digunakan sebagai waktu untuk melakukan pemesanan kembali spare parts yang telah mendekati titik tersebut. Reorder point ditetapkan pada tingkat persediaan yang cukup tinggi untuk mengurangi resiko kemungkinan persediaan habis dan untuk menghitung kemungkinan ini, perlu diketahui data statistik tentang pola penyebaran permintaan selama tenggang waktu pemesanan atau lead time.
Perhitungan reorder point adalah sebagai berikut:
  ...............................................................................  2.25
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
= nilai pada z distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasi permintaan spare parts selama lead
2.9.       Waktu Tunggu (Lead Time)
Masa tenggang (lead time) merupakan, tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan spare parts tersebut dilaksanakan dengan datangnya spare parts yang dipesan (Nasution : 1999 dalam Parshepalindra) Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point).  Dengan waktu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Suatu sistem persediaan dikatakan probabilistik apabila mempunyai tiga keadaan yang berbeda yaitu:
a.    Tingkat permintaan berubah-ubah, lead time konstan Model ini berasumsi bahwa permintaan selam lead time terdiri dari permintaan harian yang tidak pasti yang dapat digambarkan dengan distribusi normal. Suatu lead time dikatakan kostan apabila selalu mempunyai nilai yang sama secara berulang-ulang untuk beberapa periode akan mempunyai variasi yang kecil dalam hubunganya dengan rata-rata lead time. Nilai lead time dapat dikontrol nilainya apabila pasokan bahan baku berasal dari satu devisi dan dikirimkan ke divisi lainya dalam satu perusahaan. Untuk penggunaan model ini, perlu diketahui rata-rata permintaan dan nilai standar deviasinya. Informasi ini diperlukan untuk menentukan permintaan yang diinginkan dan standar deviasi yang menentukan periode lead time. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat dirumuskan :
  ..........................................................................  2.26
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali spare parts
 = permintaan rata-rata spare parts selama lead time
= nilai pada z distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasi permintaan spare parts selama lead
b.    Tingkat permintaan konstan, lead time berubah-ubah
Pada kondisi ini lead time diasumsikan berdistribusi normal sehingga nilai permintaan selama lead time juga mengikuti distribusi yang sama, tetapi variasinya tidak mencakup penjumlahan variasi per harinya seperti model sebelumnya. lead time yang berubah-ubah memungkinkan penentuan reorder point pada tingkat minimum, rata-rata atau maksimum lead time itu sendiri. Penentuan nilai reorder point berdasarkan batas minimum atau maksimum akan sangat terlihat perbedaannya. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat dirumuskan:
r* =  ...............................................................................  2.27
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali
 = standar deviasi lead time
 = nilai pada distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasi lead time
 = standar deviasi permintaan spare parts
D = permintaan rata-rata spare parts per periode
L = rata-rata lead time

c.    Tingkat permintaan dan lead time berubah-ubah
Tingkat permintaan dan Lead time yang berubah-ubah dapat meningkatkan kompleksitas permasalahan. Pada saat ini terjadi tingkat persediaan pengaman harus lebih besar disbanding jika salah satu dari kedua variabel tersebut bernilai konstan. Nilai reorder point dalam keadaan ini dapat dirumuskan :
r* =  .........................................................  2.28
Keterangan
r* = titik pemesanan kembali
 = standar deviasi lead time
 = nilai pada distribusi normal standar pada tingkat α
 = standar deviasi lead time
 = standar deviasi permintaan spare parts
D = permintaan rata-rata spare parts per periode
L = rata-rata lead time

2.10.        Order Quantity
Ukuran pemesanan (order quantity) yang optimal dapat digunakan untuk, menentukan jumlah optimal spare parts dalam setiap kali melakukan pemesanan. Sehingga ketersediaan spare parts di dalam gudang tetap terjamin keberadaannya, dan berdampak terhadap total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (Senator, 2006 : 92)

Komentar

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
    Terjangkau
    Cost saving
    Solusi
    Penawaran spesial
    Hemat biaya Energi dan listrik
    Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut


    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management
    OUR SERVICE
    1.
    Coagulan, nutrisi dan bakteri
    Flokulan
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Garment wash
    Eco Loundry
    Paper Chemical
    Textile Chemical
    Degreaser & Floor Cleaner Plant

    2.
    Oli industri
    Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    3.
    Other Chemical
    RO Chemical
    Hand sanitizer
    Disinfectant
    Evaporator
    Oli Grease
    Karung
    Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
    Zinc oxide
    Thinner
    Macam 2 lem
    Alat-alat listrik
    Packaging
    Pallet
    CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
    Almunium

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Praktikum Modul 2

BAB 3